Para Muslimah yang Sukses sebagai Ilmuwan


Dalam banyak hal, perempuan memiliki kelebihan dari laki-laki. Bahkan prestasi mereka demikian moncer dan menjadi kebanggaan. Berikut sejumlah muslimah hebat lantaran menjadi ilmuan kenamaan.

Profesor Samira Ibrahim Islam
UNESCO menominasikan Samira Ibrahim sebagai salah satu ilmuwan kehormatan dalam daftar ilmuwan dunia awal tahun 2000 lalu. Wanita asal Arab Saudi ini memberikan banyak kontribusi di bidang obat-obatan dan menjabat sejumlah posisi akademis yang penting di negara asalnya serta menjadi duta internasional di organisasi kesehatan dunia atau WHO.

Ia juga menjadi pelopor pembangunan infrastruktur pendidikan sejak awal tahun 1970-an, untuk mendukung kaum perempuan yang ingin belajar sains di institusi pendidikan tinggi di Arab Saudi.

Sameena Shah
Saat ini, Sameena aktif di kegiatan Workshop on Machine Learning Canada, sebuah bengkel kerja berskala internasional. Ia mengembangkan inovasi algoritma dalam proses belajar kognitif melalui komputerisasi.

Sameena bersama timnya sudah mengembangkan hasil temuannya di New Delhi, India. Prestasi akademis lain yang pernah dicapainya adalah ‘Global Optimizer’ yang sedang menunggu untuk dipatenkan. Sameena kini sedang melanjutkan studinya di Delhi untuk gelar doktor.

Profesor Dr Bina Shaheen Siddiqui
Dr Siddiqui sudah memberikan kontribusi yang besar di bidang obat-obatan dan pertanian lewat penelitiannya dan hasil pengklasifikasian yang dilakukannya dalam bidang keanekaragaman materi pembibitan. Ia juga sudah mendapatkan sejumlah paten atas obat-obatan anti kanker dan produk biopestisida hasil penemuannya. Selain itu, ilmuwan Muslimah yang satu ini juga sudah menulis sekitar 250 artikel risetnya dan salah satu pendiri organisasi ilmuwan wanita negara ketiga. Atas prestasinya itu, Pakistan Academy of Science memilihnya sebagai ‘Fellow’.

Bina Shaheen Siddique mendapatkan gelar PhD dan doktor di bidang sains dari Universitas Karachi, Pakistan. Sebagai ilmuwan, ia sudah dianugerahi berbagai perhargaan bergengsi seperti Khawarizmi Internasional Award dari negara Iran dan penghargaan Salam Prize untuk bidang kimia.
Catatan sejarah membuktikan adanya kontribusi kaum perempuan Muslim di lapangan ilmu pengetahuan dan kedokteran sejak ratusan tahun yang lalu, sama seperti halnya kaum laki-laki. Sementara di AS , pada era 1890-an saja, kaum perempuan masih belum bisa menikmati pendidikan tinggi, misalnya untuk menjadi dokter.

Sebagai gambaran, berdasarkan data UNESCO tahun 2005, prosentase sarjana wanita bidang sains di negara-negara Islam dibandingkan dengan negara maju seperti AS dan Jepang adalah sebagai berikut: Bahrain 74%, Bangladesh 24%, Brunei Darussalam 49%, Kyrgyzstan 64%, Libanon 47%, Qatar 71% dan Turki 44%. Sementara di AS, hanya 43% dan Jepang 25%. (icy)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Para Muslimah yang Sukses sebagai Ilmuwan"

Post a Comment

close
Banner iklan disini