Orang Tua yang Meninggal Bisa Bangga dan Sedih dengan Amal Kita


Perbuatan kita saat di dunia akan terus “nyambung” kepada mereka yang telah meninggal. Tidak hanya berupa kebaikan. Hinaan yang kita terima, juga akan dirasakan oleh orang tua kita di alam baka. Karenanya, mari isi hidup dengan kebaikan setiap saat.

Seperti diketahui bahwa orang mati tidak mungkin bisa kembali lagi. Sebagaimana tidak mungkinnya orang mati menambah amal sebagai revisi atau perbaikan atas amal yang telah diperbuat selama hidup. Karena kita terus diingatkan bahwa bahwa ‘ad-dunya mazra’atul akhirat’ yakni masa hidup merupakan saat yang tepat untuk penanaman amal kebaikan. Karena dari amal itulah nantinya akan memanen ketika telah berada di akhirat. Maka janganlah mengharap untuk menambah amal ketika telah mati, nikmati saja hasil dari amal ketika hidup. Kalau semasa berada di dunia banyak beramal, tentu saja akan menerima manfaat dan kebaikan ketika di akhirat.

Di antara bentuk tanaman yang bisa diunduh saat mati adalah apa yang pernah disabdakan Rasulullah SAW dalam hadits yang terkenal:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalnya, kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakan." [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i]

Sesungguhnya tiga hal ini tidaklah bersifat paten apa adanya, tetapi dapat dimaknai sebagai sebuah inti yang dapat dikembangkan. Semisal dalam konteks ilmu yang manfaat. Sesungguhnya seseorang yang berilmu kemudian meninggal dan ilmunya telah disebarkan kepada murid-muridnya, maka ketika sang murid beramal, sang gurupun mendapat bagiannya. Demikian pula dengan amal jariyah dan anak shaleh.

Perhatikan penjelasan berikut ini:
عن سفيان عمن سمع من انس ابن مالك رضي الله تعالى عنه يقول قال رسول  الله صلى الله عليه وسلم إن الأعمال الأحياء تعرض على عشائرهم وعلى أبائهم  من الأموات فإن كان خيراً حمدوا الله تعالى واستبشروا وإن يروا غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم هداية فقال عليه السلام يؤذى الميت فى قبره كما يؤذى فى حياته قيل ما ايذاء الميت قال عليه السلام ان الميت لايذنب ولايتنازع ولايخاصم احدا ولايؤذى جارا الا انك ان نازعت احدا لابد ان يستمك ووالديك فيؤذيان عند الاسأة وكذالك يفرحان عند الاحسان فى حقهما.
Dari Sufyan, ia dari seseorang yang pernah mendengar Anas bin Malik R.A. ia berkata. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal-amal mereka yang masih hidup itu bisa disodorkan kepada keluarga dan ayah-ayahnya yang sudah meninggal. Jika amal tersebut baik maka mereka merasa gembira dan memuji Allah SWT. Tapi jika amal tersebut buruk, maka mereka (para mayit) berdoa: “ Ya Allah janganlah kau tutup usianya sebelum mereka Kau beri petunjuk.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Mayit yang ada di dalam kubur itu juga merasa sakit, apabila ia disakiti seperti halnya ia masih hidup.” Bagaimana caranya menyakitkan mayit? demikian beliau ditanya. “Apabila engkau bersengketa dengan seseorang, kemudian seseorang tersebut mencacimu dan mencaci kedua orang tuamu (yang sudah meninggal). Nah, sekarang mayit yang sama sekali tidak merasa berdosa dan bersengketa, bersitegang urat saraf kepada seseorang serta tidak merasa menyakitkan hati tetangga, turut juga terkena cacian dari seseorang. Jadi dia merasa disakitkan hatinya jika diperbuat jelek. Juga begitu sebaliknya, dia merasa bergembira ria andaikata diperbuat bagus.”


Demikianlah sesungguhnya amal seseorang di dunia ini sangat erat hubungannya dengan nasib orang tua yang telah meninggal. Karena mereka turut merasakan akibat yang ditimbulkan dari kelakuan anak-anaknya yang hidup. Masih akan sembrono dalam berperilaku sehari-hari? Menganggap diri masih muda sehingga dapat berbuat sesuka hati? Ingat, perbuatan kita juga akan dirasakan orang tua yang tengah berada di alam baka. (NUo/S@if)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Orang Tua yang Meninggal Bisa Bangga dan Sedih dengan Amal Kita"

Post a Comment

close
Banner iklan disini