Kisah Perempuan Pejuang Lingkungan yang Korbankan Nyawa

Hanya mereka yang bernyali tinggi rela menjadi pegiat lingkungan. Karena yang dihadapi adalah penjahat dengan kebengisan dan ambisi tinggi. Tapi sejumlah perempuan tak gentar dengan ancaman tersebut.

Setiap perjuangan menghendaki pengorbanan. Tapi tidak semua pengorbanan setara. Mereka yang bergelut di isu lingkungan paham perjuangan mereka bisa menuntut pengorbanan yang luar biasa besar, termasuk terenggut nyawanya.

Erna Witoelar, pendiri Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) yang juga aktivis lingkungan kawakan, bercerita bagaimana seorang pejuang lingkungan meregang nyawa di tangan para penjahat lingkungan.

Berta Cáceres, nama perempuan itu, adalah aktivis lingkungan di Honduras yang pada tahun 2015 dianugerahi Goldman Environmental Prize, sebuah penghargaan prestisius di bidang lingkungan di mana Erna merupakan salah satu anggota dewan juri. Pada bulan Maret 2016 lalu, Berta dibunuh lantaran perjuangannya melawan para penambang hutan ilegal dan pemilik tanah.

"Tadi malam kita secara khusus memberikan tribute kepada Berta Cáceres, aktivis lingkungan dari Honduras yang dibunuh," kata Erna dalam perbincangan dengan detikcom di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (21 April 2016).

Erna baru saja menghadiri upacara penganugerahan Goldman Environmental Prize, sebuah penghargaan kepada para aktivis yang dinilai telah memberikan dampak signifikan dalam upaya perlindungan lingkungan. Telah 27 tahun eksis, penghargaan itu digagas oleh keluarga Goldman yang juga pendiri Levi's.

Setiap tahun diambil enam pemenang yang mewakili enam wilayah, yaitu Amerika Utara, Asia, Eropa, Amerika Selatan dan Tengah, Afrika, dan Negara Kepulauan. Dewan jurinya terdiri dari tujuh orang, yaitu tiga dari keluarga Goldman dan empat dari pihak luar.

Erna adalah satu-satunya dewan juri yang mewakili Asia. Karena reputasinya di bidang perjuangan lingkungan, telah enam kali secara berturut-turut Erna didapuk menjadi dewan juri. Di tahun-tahun sebelumnya, beberapa aktivis di Indonesia pernah juga memenangkan penghargaan ini.

"Di satu sisi penghargaan itu merupakan bentuk apresiasi terhadap para aktivis di negara kita. Tapi di sisi lain juga merupakan kritik terhadap negara kita bahwa persoalan lingkungan masih menjadi masalah besar," kata istri Rachmat Witoelar ini.

Pemenang penghargaan Goldman berhak mendapatkan uang sebesar USD30.000 atau setara dengan Rp 400 juta. Meski terlihat besar, namun jumlah sebanyak itu sebenarnya bukan apa-apa jika dibandingkan dengan riskonya.

Di banyak tempat, aktivis lingkungan kerap mengalami intimidasi dan bahkan kehilangan nyawa.

"Mereka terancam karena berhadapan dengan industri besar yang berkoalisi dengan pemerintah. Industri besar itu bahkan sampai punya pasukan sendiri, makanya mereka berani," kata Erna.


Sumber: Detik

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Perempuan Pejuang Lingkungan yang Korbankan Nyawa"

Post a Comment

close
Banner iklan disini