Mengapa Tak Mudah Keluar dari Lilitan Utang?

Sebenarnya tidak ada yang memiliki ketergantungan dengan utang. Namun sejumlah fakta membentukan bahwa, tidak gampang terbebas dari rayuan untuk mendapat pinjaman uang.

Saat ini, kata 'utang' seolah-olah sudah menjadi kebutuhan dan tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Risiko ketidakmampuan untuk membayar kembali jumlah utang yang dimiliki, serta cerita-cerita menyeramkan yang kerap mengiringi ketika proses utang berjalan, justru tidak membuat kita khawatir untuk berutang. Namun jika tidak hati-hati, bukan tidak mungkin utang yang kita miliki justru dapat menjerumuskan kita di kemudian hari.

Mengetahui penyebab-penyebab mudahnya banyak orang tergoda untuk berutang pun menjadi penting agar kita juga dapat terhindar dari belenggu utang. Beberapa poin krusial yang seringkali tidak kita sadari namun ternyata membuat kita seolah-olah tak bisa hidup tanpa berutang di antaranya adalah;

Penghasilan dan Keinginan Bertambah
Ketika memutuskan untuk mengambil utang, seringkali kita lebih terdorong oleh rasa kurangnya penghasilan atau mepetnya tabungan yang kita miliki. Namun, tidak jarang ternyata keputusan untuk mengambil atau menerima tawaran utang disebabkan oleh banyaknya keinginan yang ingin kita wujudkan dalam waktu singkat, sehingga seolah-olah penghasilan kita tidak pernah cukup.

Oleh karena itu, sebaiknya pastikan agar kita telah lebih dulu dapat menetapkan tujuan yang hendak kita capai di kemudian hari, dan perjuangkan keinginan tersebut dengan lebih dulu berjuang menyisihkan dana secara rutin agar nantinya apa yang kita harapkan dapat terwujud di masa depan dapat menjadi kenyataan.

Investasi Jika Ada Sisa
Seringkali kita merasa baik-baik saja bahkan ternyata bisa hidup walaupun memiliki utang semisal setengah (50%) dari penghasilan rutin yang ada. Memang hal tersebut bisa saja terjadi, namun ternyata, disadari atau tidak, kemungkinan besar kita telah mengorbankan masa depan kita dan keluarga karena minimnya penghasilan yang disisihkan untuk kebutuhan di masa mendatang (menabung/berinvestasi).

Targetkan dari penghasilan setidaknya 15% setiap bulannya untuk kebutuhan investasi, sisanya barulah kita gunakan untuk kebutuhan konsumsi (rutin) kita, termasuk untuk berutang. Dengan demikian, secara otomatis proporsi hutang yang ada akan dipatok di angka yang ideal dan membuat kita tidak mudah lagi tergoda untuk menambah utang.

Cicilan Tetap 0%
Inilah tawaran atau godaan yang sering menghampiri kita pada saat pergi ke mal ataupun pada saat menerima katalog belanja online. Sesungguhnya 0% tersebut bukanlah masalah sebenarnya, karena memang kenyataannya kita akan dikenakan tagihan dengan nominal yang tetap sesuai dengan jangka waktu yang kita pilih.

Hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah terkait harga barang yang ditawarkan dengan fasilitas dapat dicicil tanpa bunga tersebut. Apakah benar harga yang tertera adalah harga pasar yang sesungguhnya? Atau efek yang lebih membahayakan adalah ketika kita memutuskan untuk mengambil jenis utang ini, ada efek adiktif (nagih) yang kita rasakan sehingga kita seolah tidak bisa menolak apabila ada tawaran utang ini lagi di kemudian hari.

Tawaran Bunga Ringan
Selain tawaran cicilan dengan bunga 0%, biasanya ada juga tawaran lain yang tidak kalah menggoda, yaitu cicilan dengan bunga ringan (rendah). Untuk memancing keinginan kita menggunakan fasilitas ini, biasanya kita ditawarkan untuk mengambil dana cash ataupun mencicil tagihan utang kita dengan 'hanya' dikenakan bunga sebesar 0,99% per-bulan.

Tertarik untuk menggunakan fasilitas tersebut? Coba cek kembali utang yang dibayarkan dengan cicilan hampir satu persen setiap bulan tersebut, yang berarti kita dibebankan bunga hampir sebesar 12% setiap tahun. Pertanyaannya, ketika kita mudah tergoda dengan tawaran ini, sudahkah tabungan yang yang kita miliki berkembang sebesar itu selama satu tahun? Kalau belum, berarti antara bunga tabungan dan bunga utang terjadi defisit.

Satu hal yang dapat menenangkan kita adalah sesungguhnya berutang tidaklah buruk, selama kita tahu cara menggunakan dan mengelola utang tersebut dengan benar. Selama kita menyadari bahwa segala sesuatu yang hendak dicapai harus melalui sebuah proses, maka ketergantungan akan utang tentunya juga dapat diminimalkan.

Selain dengan konsisten menjagai proporsi utang yang ideal (maksimal 35% dari penghasilan rutin bulanan), pemilihan atas utang tentunya juga menjadi penentu berguna atau tidaknya utang yang diambil. Perbanyaklah utang yang dapat menunjang produktivitas dan minimalkan utang yang hanya bersifat konsumtif. Hanya dengan begitulah, kedepannya kita lebih dapat mengontrol diri kita dari ketergantungan terhadap utang.

Sumber: Detik

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengapa Tak Mudah Keluar dari Lilitan Utang?"

Post a Comment

close
Banner iklan disini