Bila Suami Ikut Operasi Ketampanan




Oleh: DR H Abdul Moqsith Ghazali*

Laki-laki bercita-cita memiliki istri yang cantik jelita. Tak mau ketinggalan, istri juga punya harapan. Suaminya kelak bukan hanya shaleh dari sudut keagamaan, melaikan juga enak dibawa kondangan.
Itulah yang ideal. Tapi, tak selalu yang ideal itu jadi kenyataan. Ada suami yang rajin ibadah, tapi punya masalah di wajah. Alias tidak ganteng dan menawan. Begitu juga sebaliknya, ada istri yang hafal al-Quran, tapi wajahnya pas-pasan.

Agak jarang kita mendapati seorang suami maupun istri yang ganteng maupun cantik, kaya, dari keturunan mulia, dan taat beribadah. Di tengah keterbatasan suami maupun istri ideal itu, Islam selalu menekankan agar perempuan misalnya mendahulukan calon pasangan yang shaleh, rajin ibadah, apalagi bisa baca kitab kuning ketimbang calon suami yang hanya modal tampang. Namun, bagaimana sekiranya seorang istri terganggu dengan muka suaminya yang jelek?

Alkisah, suatu waktu seorang perempuan bernama Habibah bin Sahal datang ke Nabi mengadukan suaminya, Tsabit ibn Qais.

Nabi bertanya kepada Habibah: “Apa yang tak kamu sukai dari Tsabit ibn Qais? Bukankah dia suami yang baik dan taat ibadah?” Habibah menjawab: “Tak ada yang tak saya sukai dari Tsabit, wahai Nabi, kecuali wajahnya yang jelek itu.”

Nabi bertanya lagi: “Apakah kamu akan mengembalikan kebunnya?” Tanpa berfikir panjang, Habibah mengiyakan. Lalu Nabi menyuruh mereka bercerai.

Bagaimana dengan sekarang? Kalau perempuan terganggu dengan keadaan muka calon suaminya sejak awal, maka seharusnya tak berlanjut ke pernikahan.
Penyesalan itu lebih baik terjadi sebelum pernikahan bukan di tengah pernikahan. Namun, jika “jelek” itu datang belakangan bukan sebelum pernikahan, maka suami bisa mempertimbangkan ikut operasi ketampanan.

Dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bila Suami Ikut Operasi Ketampanan"

Post a Comment

close
Banner iklan disini